BATAM, RITMENEWS.COM – Harga gas 3 kg dari agen resmi sudah naik dari Rp 18.000 menjadi Rp 21.000. Kenaikan harga gas tersebut sudah terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat sejak sebulan lalu.
Lambat laun kenaikan harga gas melon sudah bisa diterima warga, umumnya kaum hawa. Dari kenaikan harga tersebut, ibu-ibu rumah tangga berharap agar kelangkaan gas bisa diatasi.
Namun kenyataannya, kenaikan harga gas ini semakin mencekik konsumen. Sebab saat ini, gas melon bukannya mudah didapat, malah semakin langka. Bahkan, konsumen harus membeli gas Rp 26 hingga 27 ribu per tabung. Para “pemain” mengambil keuntungan Rp 5.000 hingga Rp 6.000.
“Di sinilah saya menilai kenaikan harga gas ini malah menjadi ajang bisnis antara agen resmi dan pedagang eceran,” ucap Rosmaida, warga Sagulung.
Rosmaida mengatakan, meski harga gas mengalami kenaikan, tapi gas melon di pangkalan resmi selalu saja kosong.
Menurut pengakuan agen gas, stok jualannya selalu habis dalam satu hari dan paling lama 2 hari setelah disuplai.
“Menurut saya, kalau hanya untuk kebutuhan warga saja, tidak mungkin gas itu langsung habis dalam kurun waktu sehari, pasti pemilik pangkalan bermain dengan pedagang eceran untuk mendapatkan keuntungan besar,” ucapnya.
Untuk itu, Rosmaida berharap agar dinas terkait melakukan pengecekan ke lapangan dan menertibkan para pelaku yang ingin memanfaatkan kenaikan harga gas.
“Harga gas sudah naik, tapi masih saja sulit dicari, ada apa ini, bingung saja mau bilang apa, kirain kalau harganya naik semakin mudah mendapatkan gas, ternyata nggak sama sekali,” pungkasnya.
Anom, pedagang eceran gas di Tembesi mengaku sulit mendapatkan gas. Ia pun tidak mau cerita banyak dari mana gas jualannya ia dapat. Namun pantauan di tokonya, terdapat banyak gas yang ia jual meskipun tempat usahanya bukan pangkalan resmi.
“Kalau mau harga Rp 26 ribu ambil saja, tapi nggak mau tidak apa,” singkatnya.
Meskipun banyak warga protes dengan harga eceran tersebut, namun warga harus tetap membelinya karena memang menjadi kebutuhan utama. Jadi kalau gas tidak ada, maka aktivitas di dapur akan terkendala.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Masa gara-gara ia punya stok banyak malah suka-suka dia buat harga. Ini merupakan permainan antara pemilik pangkalan gas dengan pedagang nakal, mereka memanfaatkan keadaan seperti ini,” celetuk seorang pembeli gas eceran.
Hal yang sama juga dikeluhkan warga Perumahan Taman Sari Hijau, Tiban Baru, Sekupang, dengan kelangkaan gas melon itu. Akhir-akhir ini pangkalan yang ada di perumahan tersebut memberitahukan kepada warga bila ada gas datang, tapi kali ini tidak ada info lagi.
“Sekarang gas susah didapat di Perumahan Taman Sari Hijau. Padahal ada sekitar tiga pangkalan, kok susah kali membelinya,” ucap Iwan, seraya merasakan adanya permainan dalam distribusi gas subsidi tersebut.(nai/red)